Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatn ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat diidentifiksi atau ditetapkan dengan metode analitik. (F.I edisi IV, 1995).
KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
merupakan metode kromatografi cair yang paling sederhana untuk memisahkan senyawa secara cepat dengan menggunakan penyerap. Sejumlah penyerap yang berbeda - beda dapat diratakan pada plat kaca atau penyangga lain dan digunakan untuk kromatografi, walaupun silica gel yang paling sederhana digunakan (Harborne, 1987).
merupakan metode kromatografi cair yang paling sederhana untuk memisahkan senyawa secara cepat dengan menggunakan penyerap. Sejumlah penyerap yang berbeda - beda dapat diratakan pada plat kaca atau penyangga lain dan digunakan untuk kromatografi, walaupun silica gel yang paling sederhana digunakan (Harborne, 1987).
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis lebih mudah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Dalam kromotografi lapis tipis peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan bahwa hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat (Rohman, 2009: 45)
Teknik KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
a. Fase Diam
Penjerap yang paling sering digunkan pada KLT adalah silica gel dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi-desorpsi (suatu mekanisme perpindahan solute dari fase diam ke fase gerak atau sebaliknya) yang utama pada KLT adalah partisi dan adsobsi lapis tipis yang digunakan sebagai penjerap juga dapat dibuat dari silica gel yang telah dimodifikasi, resi penukaran ion, gel ekslusi, dan siklodekstrin yang digunakan untuk pemisahan kiral
b. Fase Gerak
Sistem yang paling sederhana adalah dengan menggunakan campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal.
c. Penotolan sampel
Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana dalam prosedur kromatografi yang lain, jika sampel yang digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan resolusi.
Penotolan sampel dapat dilakukan sebagai suatu bercak pita, atau dalam bentuk zig-zag
Sering disarankan bahwa sampel yang akan ditotolkan berada dalam bentuk yang sesempit mungkin. Sampel dengan pita yang sesempit mungkin akan menjamin resolusi yang lebih tinggi bahkan ketika sampel mengandung sejumlah komponen dengan perbedaan nilai RF yang minimal. Penotolan secara zig-zag akan menghasilkan suatu bentuk yang memungkinkan sejumlah sampel dalam jumlah besar ditotolkan tanpa dilakukan pencucian lapis tipis
d. Deteksi
Bercak pemisahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang tidak berwarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Cara kimia yang biasa adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisik yang dapat digunakan adalah dengan pencacahan radioaktif dan dengan densitometer fluoresendi dibawah sinar ultraviolet, terutama untuk senyawa yang dapat berfluoresensi akan membuat bercak terlihat lebih jelas
e. Identifikasi dengan Harga RF
Untuk mengetahui identitas hsil pemisahan, dilakukan perbandingan nilai faktor retensi hasil pemisahan contoh dengan faktor retensi hasil pemisahan standar. Faktor retensi (RF) tersebut adalah:
RF = Jarak yang ditempuh komponen/Jarak yang ditempuh pelarut
0 comments:
Post a Comment